Sebagian besar orangtua di pedesaan tidak mengijinkan anak-anaknya mempelajari ilmu pelet.persoalanya bukan karena kwatir anak tersebut nantinya mengunakan untuk mengumbar nafsu.melainkan lebih,karena mitos yang berkembang di daerah pedesaan bahwa pada umumnya orang yang memiliki ilmu pelet(jika ilmunya sudah mendarah daging) hidupnya akan susah.
Orang jawa menyembutnya resiko yang di hadapi para pemegang ilmu pelet adalan hidup mlarat yang di istilahkan dengan (ora duwe awu sethakir) yang artinya,tidak memiliki abu(tanah) sebungkus pisang.sudah tentu keyakinan seperti itu karena para pinisepuh itu melihat kehidupan yang di alami orang-orang yang di kenal menguasai ilmu pelet yang pada umumnya aburadul.
Namun benarkah pelet indentik dengan kemiskinan?.kalau menurut saya,itu lebih di sebabkan kesalahan dalam mengunakan ilmu tersebut.sebagai contoh,karena merasa punya ilmu pelet,menyebapkan orang tidak bisa mengendalikan diri.kemudahan orang dalam mengaet orang(lawan jenis) yang pada umumnya hanya bermodalkan komat-kamit.menyebabkan hobi bertualang dan mengumbar nafsu.
Akibatnya sepanjang hidupnya,dia hanya menunjukan keakuan diri dan memburu kesenangan tanpa mempertimbangkan sisi kehidupan ekonominya sering terabaikan.kalau sudah kaya raya,uang karung-karungan.terserah saja.mau satu bulan dua kali nikahpun tidak apa.
Oleh karena itu,sebagian orangtua di jawa menempatkan ilmu pelet sebagai ilmu yang tidak untuk di pelajari anak cucunya.takut di salah gunakan untuk kawin cerai saja.dan pada ahirnya ekonominyapun hancur berantakan/mlarat
0 Komentar