Rumah Tengkorak Tradisi Adat Dayak Nort Borneo


fb_img_1462931928172.jpg

Dalam orang-orang Dusun, ada satu kebiasaan menempatkan tengkorak dI dalam satu pondok kecil. Sebagian suku Dusun menyebutkan tengkorak ini sebagai “Ragas”, “Kinodou” serta “Kinoring”. Pondok kecil tempat tengkorak ini disimpan juga di panggil “Bangkawan/Bangkavan” serta “Lagkau” Kebiasaan ini berkait erat dengan histori lama saat akrivitas headhunting masihlah dikerjakan. Maksud paling utama tengkorak ini disimpan di dalam pondok kecil yaitu agar ia bisa memberi “Sunduan (semangat/kemampuan) ” serta “Kosogit-sogiton” (kemakmuran) untuk satu kampung. 

Menurut keyakinan lama, tengkorak yang didapat dari hasil pemburuan kepala (misangod) ini mempunyai “sundu” (kuasa ghaib) yang bisa membuat perlindungan satu kampung dari wabah penyakit, sihir, bahkan juga dari musuh atau orang yang punya niat jahat. Pada jaman dulu, saat musuh dari desa lain datang menyerang, tengkorak-tengkorak ini bakal disebutkan memangkis, berteriak teriak seakan-akan siap berperang. “Memangkis” yaitu “teriakan/pekik perang”, yang selalunya dikerjakan waktu menghimpun pasukan atau waktu menyerang. Semangat yang ada di dalam tengkorak itu jadi sejenis “alarm” yang memberi peringatan pada masyarakat bakal kehadiran musuh. 

Pada jaman headhunting, jika seseorang “Kobilangan (pahlawan) ” pulang dari mengayau, mereka selalunya disambut oleh gadis-gadis desa serta beberapa Bobolian yang bakal mengipas-ngipas beberapa pahlawan dengan nyiru sembari mengatakan rinait mengusir roh jahat, maksudnya adalah untuk mengusir roh jahat yang ikuti beberapa pahlawan yang baru pulang dari Misangod (perang). Dalam kebiasaan “headhunting” ada rutinitas yang ngeri, musuh yang dipotong kepalanya darahnya diminum, atau darah musuh darah senjata dijilat. Dikalangan Golongan Dusun, sedikit otak musuh dikonsumsi. Di kelompok Golongan Dusun di Utara North Borneo ada ritual “Momoguli Sunduan” dengan mengonsumsi jantung musuh. Maksudnya adalah untuk kembalikan semangat “headhunting, ” kuasai semangat musuh serta untuk menentramkan semangat si musuh agar nantinya tak jadi lawan si pahlawan. 

Menurut keyakinan tradisional Dusun, pengalaman ngeri memotong kepala musuh bisa jadi “badi” atau sejenis “sial” untuk si pahlawan. “Badi” ini nantinya bukan sekedar bakal terserang pada si pahlawan, namun juga bisa menular ke orang-orang, bahkan juga ke tanam tanaman mereka. Jadi ritual Momurinait digerakkan untuk memulihkan semangat beberapa pahlawan. Ritual ini mesti digerakkan oleh Bobolian (Belian) untuk menghindari pahlawan itu dari “kesialan”. Lantaran kemampuan badi dari semangat jahat yang ikuti beberapa pahlawan mesti dihalau, agar kehidupan mereka kembali normal. 

Tengkorak-tengkorak dalam Bangkawan (tempat tinggal tengkorak) ini dapat mesti diritulkan senantiasa dengan upacara yang di panggil “Mamarayat do Ragas”. Pada bait dr rinait Mamarayat do Ragas : 

Koodop kono kio Ondu 
Koolong kono 
Posik no kanto indohon 
Tudau no kanto onaron 
Mirak-irak ko Kandayon 
Mara-tara ko toyoon 

Terjemahan bebas : 

Apakah kamu sudah tidur Ondu (nama panggilan tengkorak)? 

Apakah kamu sudah tidur lena? 

Bangunlah wahai Indohon (nama panggilan tengkorak) 

Bangunlah wahai Onaron (nama panggilan tengkorak) 

Engkau tersenyum-senyum disentuh 

Engkau senang di panggil

folksofdayak.wordpress.com

Posting Komentar

0 Komentar